Para petani tidak meributkan kata para pakar tentang perubahan iklim, anomali cuaca, pemanasan global dan bla bla bla. Mereka hanya berkepentingan kalau musim kemarau datang, maka diperkirakan hasil pertanian tembakau akan bagus.
Karena hujan terus menerus maka petani akan rugi antara lain :
1. Tanaman tembakau di sawah banyak yang mati, atau pertumbuhannya tidak bagus.
2. Kalau tembakau dirajang dan tidak mendapat sinar matahari, maka mutunya akan sangat jelek bahkan tidak laku karena berwarna hitam,
3. Kalau kering, maka greade/totol/tingkatan mutunya akan turun dari totol E bisa jadi totol B atau C , sehingga harga akan jatuh dari harga Rp. 55.000 - 70.000 / kg menjadi Rp. 20.000 - 30.00 / kg.
4. Rendemen basah ke kering menjadi sangat jauh, biasanya kalau ngrajang 300 kg jadi tembakau kering dengan berat kotor 50-60 kg, tetapi sekarang cuma 35-40 kg.
Semoga pepatah badai pasti berlalu akan segera terwujud.
Karena hujan terus menerus maka petani akan rugi antara lain :
1. Tanaman tembakau di sawah banyak yang mati, atau pertumbuhannya tidak bagus.
2. Kalau tembakau dirajang dan tidak mendapat sinar matahari, maka mutunya akan sangat jelek bahkan tidak laku karena berwarna hitam,
3. Kalau kering, maka greade/totol/tingkatan mutunya akan turun dari totol E bisa jadi totol B atau C , sehingga harga akan jatuh dari harga Rp. 55.000 - 70.000 / kg menjadi Rp. 20.000 - 30.00 / kg.
4. Rendemen basah ke kering menjadi sangat jauh, biasanya kalau ngrajang 300 kg jadi tembakau kering dengan berat kotor 50-60 kg, tetapi sekarang cuma 35-40 kg.
Semoga pepatah badai pasti berlalu akan segera terwujud.