21 November 2010

Penyembelihan Qurban 2010 di Jinggan

Suasana penyembelihan hewan qurban
Penyembelihan hewan qurban tahun 2010 di Jinggan dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2010 di belakang masjid Babussalam Jinggan. Penyembelihan di kordinasikan oleh takmir masjid. Untuk tahun ini penyembelihan hewan qurban di Jinggan meliputi 1 ekor sapi dan 7 ekor kambing.
Pengamanan sapi yang akan disembelih
Proses Pemotongan sapi
Warga Jinggan antusias menyaksikan penyembelihan hewan qurban
Yang berbeda pada penyembelihan tahun ini adalah kulit hewan qurban tidak dikupas/dikelet, tetapi ikut dipotong-potong untuk dibagi habis kepada warga. Adapun caranya adalah setelah hewan qurban di sembelih, kepala dipotong. Pada leher yang telah dipisah dari kepala ditali dengan ravia dengan kuat. Kemudian pada salah satu lutut kaki disobek sedikit dan dimasuki selang pompa angin, kemudian dipegang kuat dan dipompa dengan pompa angin sampai kulit menggelembung. Setelah menggelembung, hewan disiram cairan kapur/gamping panas/mendidih, dan bulu hewan dikerok dengan bathok kelapa atau bambu. Sehingga akan diperoleh hewan tanpa bulu, kemudian dipotong - potong dan kulit ikut menempel dalam potongan daging. Lihat Gambar dibawah ini :
Kambing dipompa lewat lutut kambing
Karena berat, harus gantian yang mompa angin
Pak Asmuni menyiapkan kapur/gamping panas
Air gamping panas disiramkan dikulit kambing, dan kemudian dikerok
Pengerokan dilakukan bersama - sama agar cepat selesai
Pengerokan bisa dilakukan bersamaan 4 kambing
Kambing yang sudah hampir selesai dikerok, putih mulus
Inilah hasil akhirnya , kambing mulus
Siap di potong-potong, tanpa dikelet/dikuliti
Dipotong ramai-ramai
Adapun data penyembelihan hewan qurbqn di Kelurahan Kebonsari adalah :
1. Rw. 01 Krajan : 3 ekor sapi, 3 ekor kambing
2. Rw. 02 Sokowangi : 9 ekor kambing
3. Rw. 03 Tawangsari : 3 ekor sapi , 5 ekor kambing
4. Rw. 04 Sukosari : 1 ekor sapi, 7 ekor kambing
5. Rw. 05 Jinggan : 1 ekor sapi, 7 ekor kambing
6. Rw. 06 Tawangsari Permai : 2 ekor sapi dan 10 ekor kambing

Pak Sumidi Jinggan Mantu

Pasangan Penganten
Pak SUmidi yang berada di RT 01 Jinggan, pada tanggal 15 Nopember 2010 mantu/menikahkan anak pertamanya Erlin yang menikah dengan Masruri Adi Pratama dari Ngadirejo. Acara akad Nikah dilaksanakan tanggal 15 Nopember 2010 di Masjid Babussalam Jinggan dan resepsi dilaksanakan siangharinya dirumah Bpk. SUmidi. Selamat kepada penganten, semoga berbahagia.
Pager ayu dari remaja Jinggan
Sinoman Bertugas di meja snack
Ferry dan Danik sigap menyelesaikan tugasnya selaku sinoman
Pak Sunu dan Pak Yul yang selalu mengkoordinasi sinoman
Pengantin dan Keluarga P. SUnarto
Sinoman yang selalu standby
Sinoman kasepuhan, P. War, P. Harjo, P. Sabar dan P. Mugik

14 November 2010

Bunga Bangkai ala Jinggan

Subandrio, Latik, EKo, danik dan Pawit sedang menyaksikan Bunga Bangkai di sebelah rumah P. Yuliyanto
Mulai tanggal 10 Nopember 2010 , di kebun milik P. Joyo depan rumah Yuliyanto , mulai tampak mekar bunga bangkai. Sekali mekar tampak 3 bunga dengan jarak 2 m. Bunga dengan ukuran tinggi 30 cm dan lebar 40 cm ini ketika mekar dpat dirasakan dengan bau yang menyengat, bau busuk. dan orang Jinggan mengenal ini sebagai bunga dari Suweg, jenis umbi -umbian, jika musim kemarau tidak tambak pohonnya, ketika musim hujan mulai tumbuh pohan.


3 bunga bangkai yang tumbuh di Jinggan
Dariberbagai sumber jenis bunga bangkai ini ada beberapa macam ada yang disebut bunga bangkai/suweg raksasa Titan Arum (Amorphpophallus titanium) dan Rafflesia arnoldii yang tumbuh di Kebun Raya Bogor.

Perbedaan Rafflesia dan Bunga Bangka
i

Rafflesia arnoldii dan Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium) merupakan dua jenis tanaman yang berbeda. Meski oleh masyarakat terkadang kedua jenis tanaman ini dianggap sama bahkan saling tertukar. Saya sendiri sempat mendengar seorang guru Sekolah Dasar yang mengatakan di depan murid-muridnya bahwa bunga Bangkai adalah Rafflesia.

Memang Rafflesia dan Bunga Bangkai (Suweg Raksasa) sama-sama memiliki ukuran besar (raksasa) dan mengeluarkan bau yang busuk. Namun antara Raflesia dan Bungan Bangkai (Amorphpophallus titanium) memiliki perbedaan pada klasifikasi biologi, bentuk, warna, cara hidupnya, dan siklus hidupnya.

RAFFLESIA

rafflesia arnoldii

Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997), semua spesiesnya ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya.

Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm. Rafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis rafflesia arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama Bengkulu.

Ciri utama yang membedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.

Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.

Sedikit informasi, selama 200-an tahun tumbuh-tumbuhan dari genus Rafflesiaceae sulit diklasifikasikan karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan penelitian DNA oleh para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini, rafflesia dimasukkan ke dalam family Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.

Beberapa jenis Rafflesia (di Indonesia); Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra bagian timur).

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Rafflesiaceae; Genus: Rafflesia;

BUNGA BANGKAI

Selain rafflesia, bunga raksasa lain yang dikenal masyarakat adalah bunga bangkai/suweg raksasa Titan Arum (Amorphpophallus titanium). Jenis ini hanya endemik tumbuh di kawasan hutan di Sumatera.

Bunga-bangkai

Berbeda dengan rafflesia, bunga bangkai titan arum ini berwarna krem pada bagian luar dan pada bagian yang menjulang. Sedangkan mahkotanya berwarna merah ke-ungu-an. Sekilas bentuknya saat mekar terlihat seperti bunga terompet. Bila rafflesia hanya melebar, bunga bangkai tumbuh menjulang tinggi. Ketinggian bunga bangkai jenis amorphophallus titanium ini bisa mencapai sekitar 4 m dengan diameter sekitar 1,5 m.

Bunga bangkai ini termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan (araceae). Merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Berbeda dengan rafflesia yang tidak dapat tumbuh di daerah lain, bunga bangkai dapat di budi daya. bila rafflesia parasit pada tumbuhan rambat, bunga bangkai tumbuh di atas umbi sendiri.

Bunga ini mengalami 2 fase dalam hidupnya yang muncul secara bergantian dan terus menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6 m. Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu kecuali umbinya. Apabila lingkungan mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase generatif tanaman ini.

Bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan oleh pohon baru.

Selain itu, bunga bangkai merupakan tumbuhan berumah satu dan protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Setelah masa mekarnya (sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Dan akan kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas umbi bekas bunga bangkai.

Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang dibudidayakan.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Alismatales; Famili: Araceae; Genus: Amorphophallus; Spesies: A. titanum;
Nama binomial: Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang


Siklus Bunga Bangkai

(Sumber : http://botit.botany.wisc.edu/titan_arum_archiveData )

Latin name: Amorphophallus titanum

Other names: Titan Arum, Corpse flower, Bunga Bangkai

Native habitat: equatorial rainforests of central Sumatra in Indonesia

Family: Titan Arum is a member of the Family Araceae, the Aroids or Arum plants.


Gerakan Peduli Korban Merapi di Jinggan

Gunung Merapi tampak dari area persawahan di Jinggan
Hari sabtu tanggal 6 Nopember 2010, warga Jinggan merasakan dampak dari letusan gunung Merapi di Jogja. ABu vulkanik menyelimuti Temanggung dan Jinggan, padahal dari letusan gunung merapi tanggal 26 Oktober 2010 kwasan Temanggung belum terkena dampak abu vulkanik. ABu vulkanik dirasakan sangat pekat mulai hari Sabtu dan Minggu(6-7 Nop 2010). Merasakan dampak abu vulkanik ternyata sangat mengganggu, selain pandangan yang agak terganggu juga dirasakan agak perih domata dan terasa kering di tenggorokan.

Suasan Jinggan yang diselimuti abu vulkanik

Menyadari betapa dahsyatnya dampak dari letusan gunung Merapi tersebut, pada hari Kamis 11 Nopember 2010 di Jinggan di mulai kegiatan Gerakan Peduli Korban Merapi. Pak Yulianto, Mawardi, Bu Jumilah dan Bu Nuryati keliling ke rumah warga mengkoordinasi bantuan, mulai dari uang, sembako, beras, ketela dan pakaian pantas pakai.
Persiapan Sebelum berangkat, Aryadi,Asmuni, Minhad, Yuliyanto, Harjo Ramin, Suratno, Mawardi, Sunu Hadi S.
Dan pada hari Sabtu 13 Nopember 2010 mbantuan di kirim ke daerah bencana dengan 2buah mobil Kopata. Sedangkan daerah tujuannya adalah Posko SMP Muhammadiyah Blondo Mungkit Magelang, Posko Desa Kaweran Muntilan Magelang, Posko Desa Ngaglik Kadirejo Muntilan dan Posko Desa Kalangan Gondowangi Sawangan Magelang. Tim berangakt dari Jinggan Jam 08.00 pulang jam 14.30.
Dilokasi bencana di Muntilan Magelang, Suratno, Warga, Harjo Ramin, Mijan

Lokasi terdampak letusan gunung Merapi
Mawardi menyerahkan bantuan mewakili warga Jinggan
Mijan, Yuliyanto, Minhad bersiap menyerahkan bantuan
Asmuni mewakili mpenyerahan bantuan.

08 November 2010

Lagi, foto Korban Merapi

Sumber : http://www.boston.com/bigpicture/2010/11/mount_merapis_eruptions.html
Untuk melihat foto foto korban gunung Merapi lainnya bisa klik di sini

01 November 2010

Festival Budaya Temanggung 2 tahun 2010

Dalam rangka memperingati HUT Kota Temanggung yang ke 176, pemerintah Kab. Temanggung menyelenggarakan beberapa kegiatan antara lain Festival Budaya yang ke 2 yang dilaksanakan pada hari Minggu 31 Oktober 2010 yang melibatkan potensi budaya diseluruh Kab. Temanggung dari 20 kecamatan yang ada. Acara kali ini di kemas menjadi 15 panggung yang tertata di Jl.MT Haryono Pandean Temanggung - Alun - alun Temanggung - perempatan BCA - Pasar Temanggung dan Tugu Jam, yang dimulai pukul 09.00 - 15.00.
Bupati Temanggung Bp. Hasyim Affandi dan Ketua DPRD Temanggung Bp. Bambang Karno menyaksikan pentas di salah satu panggung
Kuda lumping dari Kec. Bansari sedang beraksi.
Kuda lumping anak - anak dari Kec. Ngadirejo
Makan dulu sambil menunggu giliran pentas
Untuk satu panggung diisi oleh 5 - 6 group kesenian, yang setiap group memaninkan 2-3 pementasan. Sehingga dalam hal ini masyarakat yang akan menyaksikan pertunjukan yang keliling dari satu panggung ke panggung yang lain. Setiap panggung mempunya kesamaan karakter pementasan seperti ada panggung kuda lumping, panggung Kobro siswo, panggung kesenian relegius dll.

Persiapan pentas
Topeng Ireng dari Kec. Kedu
Masyarakat berjubel menyaksikan pentas kesenian
Masyarakat temanggung sangat antusias menyaksikan pertunjukan yang ada sehinggan jalan dari Pandean sampai Tugu jam sangat penuh dan padat.
Untuk melihat video atraksinya bisa klik disini :
1. Kobro Siswo , Krido Siswo , Selopampang
2. Kobro Siswo, Bintang Siswo, Kandangan
3. Kuda Lumping, Mardi Laras, Bansari
4. Kuda Lumping, Ronggo Wijoyo, Ngadirejo
5. Tari Keprajuritan, Eko Budi Utomo, Pringsurat
6. Tari Sholawat Badui, An Nur Al Amin, Kedu
7. Topeng Ireng, Suryo Mudo Kinasih, Kedu
8. Kesurupan, Topeng Ireng , Cipto Manunggal, Pringsurat